Sistem Budidaya,sumber air,system pembuangan dan aliran air
kolam yang digunakan dalam kegiatan budidaya.
,Jenis-jenis
kolam yang akan digunakan sangat tergantung kepada sistem budi daya yang akan
diterapkan. Ada tiga sistem budi daya ikan yang biasa dilakukan.
1.
Tradisional/ekstensif, kolam yang digunakan adalah kolam tanah yaitu kolam yang
keseluruhan bagian kolamnya terbuat dari tanah.
|
2.
Semi intensif, kolam yang di- gunakan adalah kolam yang bagian kolamnya
(dinding pematang) terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya terbuat dari
tanah .
|
3.
Intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang keseluruhan bagian kolam
terdiri dari tembok .
|
Jenis-jenis
kolam berdasarkan sumber air yang digunakan adalah kolam air mengalir/running
water dengan sumber air berasal dari sungai atau saluran irigasi di mana pada
kolam tersebut selalu terjadi aliran air yang debitnya cukup besar (50 l/detik)
dan kolam air tenang/ stagnant water dengan sumber air yang digunakan untuk
kegiatan budi daya adalah sungai, saluran irigasi, mata air, hujan, dan lain-
lain tetapi aliran air yang masuk ke dalam kolam sangat sedikit debit airnya
(0,5–5 l/detik) dan hanya berfungsi menggantikan air yang meresap dan menguap.
Jenis-jenis
kolam yang dibutuhkan untuk membudidayakan ikan berdasar-kan proses budi daya
dan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi beberapa kolam antara lain kolam
pemijahan, kolam penetasan, kolam pemeliharaan/pembesaran, dan kolam pemberokan
induk.
Kolam
pemijahan adalah kolam yang sengaja dibuat sebagai tempat perkawinan
induk-induk ikan budi daya. Ukuran kolam pemijahan ikan bergantung kepada
ukuran besar usaha, yaitu jumlah induk ikan yang akan dipijahkan dalam setiap
kali pemijahan. Bentuk kolam pemijahan biasanya empat persegi panjang dan lebar
kolam pemijahan misalnya untuk kolam pemijahan ikan mas sebaiknya tidak terlalu
berbeda dengan panjang kakaban. Sebagai patokan untuk 1 kg induk ikan mas
membutuhkan ukuran kolam pemijahan 3 × 1,5 m dengan kedalaman air 0,75–1,00 m.
Kolam
pemijahan sebaiknya dibuat dengan sistem pengairan yang baik yaitu mudah
dikeringkan dan pada lokasi yang mempunyai air yang mengalir serta bersih.
Selain itu kolam pemijahan harus tidak bocor dan bersih dari kotoran atau
rumput- rumput liar .
Kolam
penetasan adalah kolam yang khusus dibuat untuk menetaskan telur ikan,
sebaiknya dasar kolam penetasan terbuat dari semen atau tanah yang keras agar
tidak ada lumpur yang dapat mengotori telur ikan sehingga telur menjadi buruk
atau rusak. Ukuran kolam penetasan disesuaikan juga dengan skala usaha.
Biasanya untuk memudahkan perawatan dan pemeliharaan larva, ukurannya 3 × 2 m
atau 4 × 3 m .
Kolam
pemeliharaan benih adalah kolam yang digunakan untuk memelihara benih ikan
sampai ukuran siap jual (dapat berupa benih atau ukuran konsumsi). Kolam
pemeliharaan biasanya dapat dibedakan menjadi kolam pendederan dan kolam
pembesaran ikan. Pada kolam semi intensif atau tradisional sebaiknya tanah
dasar kolam adalah tanah yang subur jika dipupuk dapat tumbuh pakan alami yang
sangat dibutuhkan oleh benih ikan .
Kolam
pemberokan adalah kolam yang digunakan untuk menyimpan induk-induk ikan yang
akan dipijahkan atau ikan yang akan dijual/diangkut ke tempat yang jauh .
Sumber air
Kolam
yang ada di Talun ,Blitar terdapat kolam pembenihan,pemijahan dan pendederan
ikan dimana sumber air kolam tersebut diambil dari aliran sungai yang dekat
dengan kolam tersebut.
Sistem pembuangan
Sistem
pembuangan ini yang dimaksudkan adalah air yang kotor akan dikumpulkan dan
kemudian dibuang menuju sungai di dekat kolam tersebut.
Aliran air kolam yang digunakan dalam kegiatan budidaya
Pada
kolam tersebut menggunakan aliran air dari sungai dengan menggunakan system
budidaya inlet dan outlet kolam.Inlet dan outlet dibuat dengan maksud untuk
sirkulasi air yang masuk kedalam kolam dan air yang masuk kedalam sistem
filter. Inlet digunakan untuk memasukan air kekolam dengan menggunakan pompa,
sedangkan Outlet digunakan untuk saluran air dan kotoran yang ada dikolam dapat
masuk kedalam sistem filter.
INLET DAN OUTLET KOLAM BUDIDAYA
Disini
kami mengambil pada fase pendederan untuk menjelaskan tentang outlet dan inlet
kolam budidaya
Pendederan adalah tahap pelepasan/penyebaran benih (baik tumbuhan atau ikan/udang) ke tempat
pembesaran sementara. Pendederan ikan bisa dilakukan di kolam permanen, yaitu
kolam yang keseluruhan bagian kolam terdiri dari lapisan batu bata dan semen /
biasa disebut kolam tembok. Kontruksi kolam permanen harus kuat pada
sambungan-sambungan pasangan batu bata / batu kali pada lantai dasar dan
dinding kolam karena sebagai penahan air. Dasar kolam dan dinding kolam yang
tidak kuat akan mudah retak dan pecah-pecah sehingga mempercepat peresapan air
ke dalam tanah.
Bentuk
kolam yang akan digunakan untuk membudidayakan ikan ada beberapa macam antara
lain adalah kolam berbentuk segi empat / empat persegi panjang, berbentuk bujur
sangkar, berbentuk lingkaran atau berbentuk segitiga. Bentuk kolam ikan yang
ideal untuk pemeliharaan adalah empat persegi panjang dengan ukuran 100-500 m2
dengan kedalam kolam berkisar 1-1,5 m. Kolam untuk pendederan harus
menggunakan air yang tenang / tidak mengalir agar larva ikan tidak ikut terbawa
arus.
Dibawah ini merupakan ilustrasi desain kolam
semen.
Gambar 1. Ilustrasi Desain Kolam Pendederan Ikan.
Syarat
teknis konstruksi suatu kolam yang akan digunakan untuk membudidayakan ikan
sebaiknya mempunyai :
- Pematang kolam
Gambar 2. Pematang Kolam Dipotong Melintang
Ukuran dinding
(pematang) kolam sebagai penahan desakan air kearah samping harus dibangun
menurut pertimbangan luas dan kedalam (tinggi) kolam. Dinding (pematang) kolam
ikan yang cukup luas dan dalam harus dibuat tebal dan kuat. Ketebalan dinding kolam permanen dapat
diperhitungkan berdasarkan ketebalan pasang batu bata atau batu kali. Untuk
kolam ukuran besar atau luas, dinding kolam harus dibangun dengan pasangan 1
(satu) batu bata.
- Dasar kolam
Gambar 3. Dasar Kolam Dari
Samping
Di
bagian tengah dasar kolam (nomor 2) dibuat parit (kemalir) yang memanjang dari
pemasukan air ke pintu pengeluaran air (monik). Kemalir dibuat selebar 30-50 cm
dengan kedalaman 10-15 cm. Kowean (nomor 3) berfungsi sebagai tempat
berkumpulnya ikan pada saat proses pemanenan, kedalamannya mencapai 40 cm dan
mempunyai panjang cm dan lebar cm. Kemiringan kolam dari pemasukan air ke
pembuangan (kemalir) sebesar 0,5%. Pada nomor 1 dan 4 merupakan gambar monik.
- Pintu air
Pintu
air kolam berfungsi untuk memasukan air atau mengeluarkan air dari kolam. Yang
dimaksud air yang masuk adalah air segar dan kaya oksigen. Sedangkan air yang
dikeluarkan adalah air kotor didasar kolam yang banyak mengandung amonia, CO2,
dan limbah metabolisme (metabolit) lainya. Inlet dan oulet kolam yang terbuat
dari beton disebut monik. Saluran pemasukan air berfungsi untuk mengalirkan air
dari sumber air keperkolaman, sedangkan saluran pembuangan berfungsi
menyalurkan air dari perkolaman ke luar. Kolam yang baik harus memiliki pintu
pemasukan air dan pintu pengeluaran air secara terpisah. Pemasukan air sebaiknya dibuat pada tempat yang lebih
tinggi dari kolam dan pengeluaran air pada bagian yang lebih rendah. Dibawah ini merupakan
ilustrasi desain monik pada inlet kolam:
Gambar 4.
Pintu Masuk Air
Gambar 5. Pintu Masuk Air dari Samping
Monik
pada inlet kolam memiliki 4 kotak yang masing dipasang papan dan 1 kotak
dipasang saringan. Saringan disini menggunakan saringan yang lembut sehingga
larva ikan tidak bisa keluar. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang
dikehendaki. Pada gambar 5, nomor 1 dipasang papan, nomor 2 dipasang saringan,
nomor 3-5 lima dipasang papan. Setelah pemasangan papan maka akan terbentuk
ruang antar papan. Pada nomor 6 diisi dengan zeolit secukupnya. Zeolit ini
mempunyai beberapa fungsi antara lain:
a. Mampu meningkatkan kadar oksigen
terlarut dalam air (DO), khususnya elemen SiO2 dan Al2O3. Pada tahap ini,
peningkatan kadar DO secara tidak langsung terjadi akibat pengikatan amoniak
yang bersifat mereduksi.
b. Mampu menjaga derajat keasaman (pH).
c. Mampu menjaga kesadahan air (hardness).
Mampu mengikat logam – logam berat, seperti Pb, Fe, Hg, Sn, Bi dan As, yang
terdapat didalam air maupun tanah dasar kolam, yang dapat mengancam
kelangsungan hidup ikan.
d. Membantu tumbuh dan berkembangnya fitoplankton di tambak,
sehingga ketersediaan pakan alami untuk udang selalu terjaga.
Sedangkan pintu
pengeluaran air (monik) yang memiliki
dua kotak tempat papan dan satu kotak tempat saringan. Pada gambar 7, nomor 1
diisi dengan saringan kemudian nomor 2 dan 3 diisi dengan papan. Pada nomor 4
dipasang pipa paralon yang dipasang
didasar kolam di bawah pematang dengan bantuan ppa berbentuk “L” mencuat keatas
sesuai denagn ketinggian air kolam. Dibawah ini merupakan ilustrasi desain monik outlet
Gambar 6. Pintu Keluar Air
Gambar 7. Pintu Keluar Air dari Samping
Penggunaan
kolam tembok mempunyai beberapa kelebihan diantaranya:
1. Pada tembok terjadi difusi udara
sehingga memungkinkan tumbuhnya tumbuhan renik (Pitoplankton) sehingga dengan
sendirinya akan muncul banyak binatang renik ( zooplankton ).
2. Umur Penggunaan pada kolam tembok
relatif lebih lama yakni mampu bertahan hingga 5 – 10 tahun.
3. Dengan kolam tembok telah terbukti
mampu meredam perubahan suhu sehingga suhu dalam media tetap stabil.
4. Pengaturan air yang lebih mudah
Meski
mempunyai banyak kelebihan, kolam tembok juga mempunyai beberapa kekurangannya
yaitu;
1. Pembuatan kolam tembok membutuhkan
biaya relatif lebih mahal.
2. Sifatnya yang permanen sehingga tidak
bisa dipindah-pindah.
3. Menyisakan sedikit kerepotan pada saat
pemanenan tepatnya pada saat pengerukan lumpur dan pengeringan kolam.
4. Pada kolam yang baru dibuat perlu
dilakukan perendaman terlebih dahulu dengan air yang dicampur serabut kelapa
selama 2 mingguan, tujuannya agar zat-zat yang membahayakan dalam semen dapat
ternetralkan.
KONDISI
FISIK KOLAM
Kondisi fisik kolam yang ada di
Blitar sudah bagus.Kolam terdiri dari pemeliharaan ikan Gurame,ikan koi dan Lobster
air tawar dimana dalam system pemeliharaaannya menggunakan system kolam semi
intensif.
1.Budidaya Ikan Gurame
Ikan gurame merupakan salah satu
komoditas unggulan ikan air tawar yang mudah dibudidayakan serta mempunyai
nilai ekonomis yang tinggi, peluang mengusahakan gurame sebenarnya sangat
terbuka sebab untuk membesarkan gurame kini dapat dilakukan dalam waktu singkat
hanya 4 – 5 bulan hingga mencapai ukuran siap konsumsi. Perikanan budidaya
khususnya ikan gurame selain berperan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat,
peningkatan pendapatan petani dan negara, juga penting dalam perluasan kesempatan
kerja dan pertumbuhan agrobisnis.
Jenis ikan gurame
Jenis gurame yang telah lama dikenal
hanya dua jenis, yaitu gurame soang dan gurame jepun, namun saat ini terdapat
beberapa strain gurame baru, ada dugaan bahwa strain-strain baru tersebut merupakan
keturuna atau perkawinan silang dari gurame soang dan gurame jepun yang
mengalami penyesuaian pada masing-masing daerah
- Gurame Porsalin
- Gurame Blusafir
- Gurame Paris
- Gurame Soang
- Gurame Jepang
- Gurame Bastar
Pembenihan Gurame
A. Pemilihan induk
Salah satu keberhasilan pemijahan
ikan gurame adalah tergantung dari cara memilih induk
yang akan dipijahkan, induk jantan
dan betina yang dipijahkan harus baik dan unggul
sehingga akan dihasilkan benih yang
unggul pula, adapun ciri-ciri induk yang berkualitas
kurang lebih adalah :
- Pilih induk yang pertumbuhan paling cepat dari satu peranakan
- Tidak cacat
- Gerakan ikan lincah
- Susunan sisik rapi, teratur, licin dan mengkilat serta tidak ada luka
- Umur produktif 4 – 10 tahun
- Berat > 20 Kg
B. Persiapan pemijahan
Persiapan pemijahan ikan gurame
tersebut mencakup persiapan kolam pemijahan dan
persiapan sarang tempat telur ikan
gurame, proses pemijahan ikan gurame membutuhkan
waktu relatif lama untuk mulai
melakukan pemijahan, tidak seperti ikan mas atau lele yang
begitu dipertemukan langsung
memijah, pemijahan sangat dipengaruhi tingkat kematangan
gonad induk dan rangsangan dari
luar, proses pemijahan induk gurame biasanya akan
berlangsung setelah 15 – 30 hari
induk dilepas ke kolam pemijahan.berikut ini persiapan
pemijahan ikan gurame :
1. Persiapan kolam pemijahan
- Kolam dikeringkan 3 – 7 hari
- Perbaikan pematang yaitu membersihkan kolam dari semua kotoran yang ada dan masuk kekolam serta memberihkan rumput liar disekitar pematang
- Setelah pengeringan kolam, kemudian dilakukan pengapuran
- Pengisian air kolam dengan air bersih dan jernih sedalam 80 cm
- setelah kolam disisi air selama 3 – 4 hari maka induk sudah bisa dimasukan kedalam kolam pemijahan
2. Mempersiapkan sarang
Agar proses pemijahan dapat
berlangsung lebih cepat pembudidaya perlu menyediakan
tempat kerangka sarang dan
bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat bahan sarang
seperti ijuk atau serbuk kelapa,
keberadaan bahan sarang tersebut juga akan
merangsang induk cepat untuk memijah
C. Penetasan telur
Proses penetasan telur dilakukan
untuk mendapatkan larva ikan, proses penetasan telur
dilakukan dalam wadah khusus seperti
aquarium, bak ember dan paso yang ditempatkan
diruang tertutup dan terlindung,
istilah ruang tertutup adalah ruangan yang terlindung dari
pengaruh cuaca, curah hujan, angin,
perubahan suhu, dan hama predator. Persyaratan
penetasan telur dan pemeliharaan
larva yaitu air harus bersih dan jernih serta suhu udara
dan suhu air harus stabil tidak
berfluktuasi. Telur yang menetas dipelihara sehingga
menjadi larva ukuran gabah atau biji
oyong, dengan lama pemeliharaan kurang lebih 30-40
hari.Penetasan telur dan
pemeliharaan larva merupakan priode masa kritis sehingga
penanganannya harus dilakukan secara
hati-hati, penetasan telur dan pemeliharaan larva
gurame secara terkontrol mutlak
dilakukan karena angka kematian larva yang baru
menetas sampai dengan ukuran gabah
atau biji oyong sangat tinggi.
D. Pemeliharaan larva gurame
Pemeliharaan larva dilakukan dari
telur menetas yaitu umur 9 – 12 hari hingga menjadi larva
ukuran gabah atau biji oyong dengan
berat 0.5 gram/ekor, pemeliharaan larva mulai
dilakukan ketika cadangan makanan
atau kuning telur (yolk) yang ada diperut larva mulai
habis yaitu umur 9 – 12 hari dari
telur menetas, pakan larva yang diberikan pasca cadanan
makanan mulai habis yaitu kutu air,
dan cacing sutra, waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai benih ukuran gabah atau
biji oyong yaitu 30 – 40 hari. Pemeliharaan larva
merupakan kegiatan yang paling
menentukan keberhasilan dari sutau pembenihan ikan
gurame. Stadia larva merupakan masa
yang paling kritis dalam siklus hidup ikan, malahan
lebih susah dari fase penetasan
telur itu sendiri. Tingkat kematian pada larva sangat tinggi,
penetasan telur dan pemeliharaan
larva gurame secara terkontrol mutlak dilakukan karena
angka kematian larva yang baru
menetas sampai dengan ukuran gabah atau biji oyong
sangat tinggi, oleh karena itu,
pemeliharaan larva harus dilakukan didalam ruangan tertutup
dan terlindung dari pengaruh cuaca,
curah hujan, angin, perubahan suhu dan hama predator.
E. Pendederan gurame
Pendederan adalah suatu kegiatan
pemeliharaan benih gurame setelah priode larva
sampai dihasilkan ukuran benih
tertentu yang siap didederkan kembali atau siap ditebarkan
dikolam pembesaran, pendederan
juga merupakan tahapan yang tepat untuk menyeleksi
benih-benih unggul, pembenihan ikan
gurame dapat dilakukan secara berulang kali, jadi
pendederan bernih gurame bisa
dijadikan kegiatan yang dilakukan sebagai suatu bisnis
tersendiri. Pendederan gurame
dilakukan dari benih sebesar gabah atau biji oyong namun
ada juga pendederan yang dimulai
dari ukuran yang lebih besar yaitu ukuran kuku. Berikut
ini ukuran yang dihasilkan dari
setiap tahapan pendederan benih gurame yaitu : 1 – 2 cm
(gabah/oyong), ukuran 2 – 4 cm
(kuku), ukuran 4 – 6 cm (silet), ukuran 6 – 8 cm (wadah
korek), sampai benih ukuran bungkus
rokok 8 – 11 cm yang selanjutnya dilakukan pada
tahap pembesaran. Kegiatan
pendederan gurame hampir sama dengan kegiatan
pembesaran gurame. kegiatan
pendederan ikan gurame tersebut meliputi persiapan
wadah/kolam, penebaran benih,
pemberian pakan, pengolahan air, pengendalian hama
dan penyakit dan pemanenan.
F. Pembersan gurame
Pembesaran gurame adalah suatu
kegiatan budidaya yang meliputi kegiatan pra produksi,
proses produksi dan pemanenan yang
bertujuan untuk menghasilkan ikan gurame ukuran
konsumsi atau ukuran yang
dikehendaki sesuai permintaan pasar, kegiatan pembesaran
merupakan kelanjutan dari pendederan,
gurame ukuran konsumsi layak dipanen jika telah
mencapai ukuran 500 – 800 gram/ekor,
namun ada juga konsumen yang menghendaki
gurame berukuran diatas 1 kg/ekor,
khususnya untuk keperluan pesta atau hajatan.
Pembesaran gurame secara intensif
disarankan dilakukan secara monokultur yaitu dalam
satu kolam hanya dipelihara ikan
gurame saja. Hal ini dikarenakan gurame sangat lambat
ketika menyantap makanan, jika
gurame dilakukan secara polikultur dimana dalam satu
kolam dipelihara dua atau lebih ikan
dikhawatirkan pakan yang seharunya dimakan gurame
terlebih dahulu dimakan ikan pesaing
sehingga pertumbuhan gurame tidak optimal. Benih
gurame yang diigunakann untuk
kegiatan pembesaran yaitu minimal berukuran 100 g/ekor,
umumnya benih yang digunakan untuk
kegiatan pembesaran berukuran 200 – 250 g/ekor,
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
ukuran konsumsi minimal 500 g/ekor yaitu 4 – 5
bulan. Adapun kegiatan dalam proses
produksi pembesaran ikan gurame umumnya
meliputi
- Persiapan kolam atau wadah
- Penebaran benih
- Pemberian pakan
- Pengolahan air
- Pengendalian hama dan penyakit
- pemanenan
G. Pakan
Pakan adalah sumber energi bagi
mahluk hidup, pakan dibutuhkan untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan ikan
gurame, pakan gurame terdiri dari pakan alamai
(hijauan) tumbuhan dan pakan buatan (pelet), pakan
tersebut dibutuhkan untuk menunjang
pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ikan gurame, jika pakan diberikan sesuai dengan
kebiasaan makan gurame makan gurame
dan mengandung gizi tinggi maka pertumbuhan
gurame dapat terpacu lebih cepat.
Pakan alami sangat bagus diberikan pada ikan yang
masih dalam stadia larva atau benih,
contoh pakan alami untuk larva atau benih gurame
tersebut adalah kutu air, cacing
sutra dan arthemia sp, sedangkan pakan tumbuhan adalah
pakan yang diberikan dalam bentuk
apa adanya kepada ikan seperti daun-daunan.
H. Pengendalian hama dan
penyakit
Ikan yang dipelihara tidak akan
lepas dari gangguan atau serangan hama dan penyakit,
serangan hama dan penyakit ikan bisa
datang dan menyerang ikan secara tiba-tiba tanpa
diketahui sebelumnya, hama dan
penyakit tersebut dapat mengancam kelangsungan hidup
gurame dari stadia telur, larva,
benih sampaj gurame dewasa. Seranan hama dan penyakit
ini dapat menyebabkan produksi ikan
menurun dan dapat menimbulkan kematian secara
masal sehingga gagal panen, oleh
karena itu penanganan hama dan penyakit pada
gurame merupakan faktor yang
perlu mendapat perhatian. Pengendalian hama dan
penyakit dapat dilakukan dengan
2 cara yaitu pencegahan dan pengobatan. Pencegahan
adalah upanya untuk menjaga
agar tidak terjadi serangan sedangkan pengobatan
merupakan upanya untuk mengobati ikan-ikan yang terserang hama dan penyakit agar
merupakan upanya untuk mengobati ikan-ikan yang terserang hama dan penyakit agar
sehat kembali.
Pencegahan hama dan penyakit
ikan merupakan cara yang efektif dibandingkan dengan
pengobatan karena biaya lebih murah
dan tidak ada efek sampingan terhadap ikan dan
orang yang mengkonsumsi ikan.
Penyakit yang menyerang ikan merupakan suatu proses
hubungan antara tiga faktor
yaitu lingkungan, ikan dan jasad penyakit. Ikan yang terserang
jasad penyakit merupakan hasil
interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan dan
organisme penyebab penyakit,
misalnya lingkungan yang tidak sesuai adalah perubahan
suhu yang mendadak yang dapat
menyebabkan ikan stres sehingga ikan menjadi lemah
dan mudah terserang penyakit.
selain faktor tersebut hama dan penyakit umumnya
menyerang setelah ikan
mengalami gangguan fisik, kurang gizi akibat mutu pakan yang
jelek, menurunnya kualitas air
kolam, sanitasi lingkungan yang buruk serta pengetahuan dan
kemampuan petani ikan yang
masih terbatas soal hama dan penyakit ikan.
2.Budidaya Ikan Koi
Ikan Koi termasuk ke dalam golongan
ikan carp (karper). Harga Koi sangat ditentukan berdasarkan bentuk badan dan
kualitas tampilan warna. Ikan koi pertama kali dikenal pada dinasti Chin tahun
265 dan 316 Masehi. Koi dengan keindahan warna dan tingkah laku seperti yang
kita ketahui saat ini, mulai dikembangkan di Jepang 200 tahun yang lalu di
pegunungan Niigata oleh petani Yamakoshi.
Pemuliaan
yang dilakukan bertahun-tahun menghasilkan garis keturunan yang menjadi standar
penilaian koi. Beberapa varietas yang tersebar ke seluruh dunia digolongkan
Asosiasi Koi Jepang(en Nippon Airinkai) menjadi 13 kelompok antara lain: Bekko,
Utsurinomo, Asagi-Shusui, Goromo, Kawarimono, Ogon dan Hikari-moyomono.
Sedangkan 5 golongan utama yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Hirarinuji dan
Kawarigoi.
Taksonomi koi adalah sebagai
berikut:
Philum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cyprinoformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies: Carpio
Nilai koi tergantung dari ukuran, bentuk serta keseimbangan pola dan intensitas warna kulit. Koi terbaik adalah yang memiliki intensitas, keseimbangan dan kejernihan warna terbaik. Membeli koi kecil sebaiknya dipilih yang memiliki kepala terbesar, biasanya akan tumbuh menjadi ikan dengan tubuh besar. Bentuk yang paling baik adalah seperti “torpedo”.
1. Pemilihan lokasi & konstruksi wadah
Ikan koi secara alami hidup di air deras sehingga membutuhkan air jernih dan berkadar oksigen tinggi. Pemeliharaan ikan koi yang terbaik adalah di kolam sehingga mudah mendapatkan makanan alami dan sinar matahari untuk merangsang pewarnaan tubuh. Kolam sebagian dinaungai karena sinar matahari yang terlalu banyak menyebabkan suhu air kolam meningkat dan air kolam menjadi keruh akibat blooming fitoplankton.
Koi berukuran kecil dapat
ditempatkan di akuarium, walaupun ini tidak dapat menjadi habitat permanen.
Bila dipelihara dalam kelompok, koi akan belajar untuk tidak mengganggu ikan
yang berukuran sama, tetapi memakan ikan yang lebih kecil. Koi suka menggali
dasar kolam sehingga menyebabkan akar tanaman rusak.
2. Teknik Budidaya
2.1 Kualitas Air
Air merupakan media hidup dan mempengaruhi kualitas tampilan ikan koi sehingga perlu mendapat perhatian. Kualitas air untuk mendukung perkembangan koi secara optimum adalah sebagai berikut:
- suhu air berkisar 24-26oC,
- pH 7,2-7,4 (agak basa),
- oksigen minimal 3-5 ppm,
- CO2 max 10 ppm,
- nitrit max 0,2.
Air yang digunakan harus
terdeklorinisasi atau sudah disaring dan diendapkan 24 jam. Air yang digunakan
untuk pemijahan dan penetasan telur sebaiknya memiliki kandungan oksigen dan
suhu yang stabil. Untuk menjamin tersedianya oksigen dapat digunakan aerator,
sedangkan suhu pada bak pemijahan diusahakan sama dengan suhu air kolam dengan
tingkat perbedaan (fluktuasi) kurang dari 5oC.
2.2. Pakan
Koi adalah bottom feeder (pemakan di dasar) dan omnivora (pemakan segala). Meski demikian ia biasa makan apa saja yang bisa dimakan, seperti pucuk daun, atau berburu cacing di dasar sungai. Maka inilah guna dari sungut yang ada pada mulut ikan. Pakan buatan untuk pembesaran koi dapat diberikan dalam bentuk butiran (pellet). Sumber protein utama adalah formulasi kombinasi antara bahan nabati (misalnya tepung kedelai, tepung jagung, tepung gandum, tepung daun, dll) dan bahan hewani (seperti; tepung ikan, tepung kepala udang, tepung cumi,kekerangan dll) serta multivitamin dan mineral seperti Ca, Mg, Zn, Fe, Co sebagai pelengkap pakan.
Kualitas pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan koi sendiri, sehingga banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan bahan pakan yang mengandung zat pigmen seperti karotin (warna jingga), rutin (kuning) dan astasantin (merah). Zat-zat tersebut terkandung pada tubuh hewan dan tumbuhan tertentu seperti wortel mengandung zat karotin; sedangkan ganggang, chlorella, kubis, cabai hijau mengandung rutin; spirulina, kepiting, udang mengandung astasantin. Para pembudidaya saat ini tidak perlu lagi menyiapkan pakan sendiri karena sudah tersedia di pasaran pakan koi yang sudah di formulasi sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan zat untuk pembentukan warna ikan koi.
Pakan alami atau pakan hidup misalnya cacing darah, cacing
tanah, daphnia, cacing tubifex cocok diberikan pada benih koi (hingga bobot 50 g/ekor) karena lebih mudah dicerna oleh benih sesuai dengan kondisi sistem pencernaan, selain itu koi juga dapat memakan phitoplankton dalam kolam.
Jumlah pakan diberikan berdasarkan jumlah ikan (bobot biomassa) dalam kolam dengan kisaran kebutuhan 3-5 % per-hari, dengan frekuensi pemberian 2-3 kali per-hari hal ini juga disesuaikan dengan kondisi ikan dan media air pemeliharaannya.
Menurut pengalaman dan penelitian bertahun – tahun, ditemukanlan bahan – bahan aktif yang dapat ditambahkan untuk membuat warna koi lebih cemerlang. Koi yang dipelihara di kolam Lumpur ternyata memiliki kualitas warna yang lebih cemerlang dibandingkan dengan yang dipelihara di kolam tembok. Ternyata ikan loi tersebut banyak menyantap ganggang yang memang tumbuh di Lumpur. Ganggang yang dimakan koi mengandung banyak zat karoten. Maka kalau anda ingin menambah warna ikan lebih cemerlang beri makan “krill”, paprika, dan daun marigold, semuanya dapat anda campurkan dalam makanannya. Banyak makanan sumber karoten ini sudah dalam bentuk extract sehingga mudah dicampurkan dengan pellet atau roti.
2.3. Pembenihan
Kolam pemijahan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman. Kolam pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri.Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan sempurna.
Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain.
Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya antara 1,5-2 m.
Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk lmensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup memadai.
Bagi yang memiliki uang cukup, dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen bisa dihilangkan.
Induk yang baik adalah yang memiliki pola warna bervariasi yang cerah simetris dengan bentuk tubuh seperti terpedo dengan berat badan minimal 1 kg. Kebanyakan pembudidaya memilih untuk membeli koi berkualitas baik untuk calon induk dengan ukuran 5-8 cm yang harganya murah untuk dibesarkan menjadi induk.
Secara alami, carp memijah pada
musim semi dan menjadi matang gonad dengan menaikkan suhu air. Induk jantan dan
betina ditempatkan dalam wadah terpisah (untuk menghindari bertelur yang tidak
diinginkan) dan tidak diberi pakan selama beberapa hari.
Koi dapat memijah secara alami dan buatan yaitu dengan rangsangan hormon yang disuntikkan pada tubuh induk betina untuk mempercepat proses pembuahan. Penyuntikan Pituitary Gland (PG, nama dagang ovaprim) dengan dosis 0,2 mg/kg bobot ikan untuk satu kali penyuntikan.
Ovulasi akan terjadi 10 jam setelah penyuntikan. Sistem pemijahan tanpa pengurutan/stripping ini disebut pemijahan semi alami yang lebih aman karena tanpa melukai ikan. Bila ikan sulit melakukan pemijahan alami sehingga perlu bantuan proses pembuahan buatan, maka dilakukan pengurutan telur dan sperma (stripping) yang merupakan pilihan terakhir.
Induk betina dalam sekali pemijahan dapat menghasilkan 75.000 telur/kg berat badan. Perbandingan jumlah induk dalam proses pemijahan adalah 2 betina dan 1 jantan. Biasanya telur yang dikelurkan oleh induk betina menempel pada substrat (injuk) yang segera dibuahi oleh sperma jantan. Setelah telur dibuahi sebaiknya dipisahkan dari induk, dengan memindahkan induk dari wadah pemijahan atau sebaliknya telur yang diangkat dan dipindahkan kedalam wadah penetasan.
2.4. Pendederan
Telur yang sudah dibuahi akan menetas setelah 24-48 jam tergantung suhu. Selama penetasan, kepadatan telur adalah 1 kg per 5 liter air. Larva yang baru menetas belum memerlukan pakan selama 3-4 hari, karena masih mempunyai kantong kuning telur.
Menjelang kuning telur habis, perlu diberikan pakan alami berupa naupli artemia atau pakan alami lainnya yang seukuran. Kemudian secara bertahap dapat diberikan pakan buatan berupa butiran kering(pellet). Dalam 5 hari sesudahnya 1 juta larva memerlukan 7 kg artemia, atau sekitar 0,5-2 kg per hari. Pada tahap ini larva ditebar pada kepadatan 20-40 larva/liter. Untuk menghasilkan 1 juta fingerling memerlukan sekitar 25kg telur artemia. Sintasan selama 9 hari adalah 50-80%. Ikan yang seberat 10 mg dapat dijual seharga US$ 0,25 atau sekitar Rp. 2.500,-.
Larva yang berbobot 0,25 g diberikan pakan buatan (butiran) kering dan dapat didederkan ke kolam hingga ukuran fingerling (2 gram). Pendederan terbagi atas 2 tahap yaitu pendederan I selama 2 bulan pemeliharaan hingga larva mencapai ukuran fingerling (2-3 cm). Pendederan II dilakukan dalam kolam yang diolah untuk menumbuhkan pakan alami dan dilakukan seleksi dan penjarangan (mengurangi kepadatan). Penjarangan bertujuan untuk memberi ruang gerak yang cukup bagi ikan koi. Seleksi bertujuan untuk mendapatkan ikan Koi berkualitas baik.
Waktu yang diperlukan dari telur hingga mencapai ukuran fingerling (2 gram) adalah 6-8 minggu dengan nilai sintasan (SR) 55%. Sedangkan untuk mencapai ukuran 5-8 cm diperlukan waktu 4 bulan. Kualitas ikan koi (pola dan warna) bergantung dari tetuanya. Dari hasil seleksi ukuran fingerling, yang afkir mencapai 25-50%. Dari 1 juta telur dapat dihasilkan 225.000-338.000 ekor fingerling berkualitas baik (22–33 %).
2.5. Pewarnaan
Kualitas koi ditentukan oleh pola warna, kesesuaian jenis koi dan kejelasan warna. Pola warna yang simetris dengan batasan jelas antar warna menunjukkan kualitas yang baik.
Genotip menentukan jumlah dan jenis sel pigmen serta kromatofora. Kromatofora menghasilkan warna juga dipengaruhi otak ikan. Ikan pada wadah gelap cenderung berwarna gelap, begitu pula sebaliknya. Warna dapat berubah bila ikan mengalami tekanan (stres). Biasanya ikan yang tumbuh lambat mempunyai warna yang lebih baik daripada ikan yang tumbuh cepat karena pigmen bisa diubah dan digunakan untuk pertumbuhan tubuh. Seumur hidupnya, ikan koi dapat menyimpan dan menggunakan pigmen. Koi muda yang berwarna pucat apabila diberikan pakan berpigmen selama 6 minggu sebelum dipasarkan akan berwarna menarik. Intensitas warna tergantung dari jumlah pigmen dalam kromatofora. Pigmen dapat muncul dengan adanya karotenoid dalam pakan.
2.6. Pra Panen
Koi tumbuh sekitar 2 cm per bulan dan pada usia 60 tahun dapat mencapai panjang hingga 1 m. Bila ikan Koi telah mencapai ukuran pasar yaitu 20 cm dapat dipanen dan dilakukan seleksi akhir, dengan memisah-misahkan jenis, ukuran dan pola warna tubuhnya. Dari hasil seleksi ini, Koi yang terpilih dibesarkan di dalam bak atau kolam semen sambil menunggu harga pasar yang baik.
Dalam penampungan akhir ini, ikan dapat diperbaiki bentuknya, jika terlalu gemuk dibuat langsing atau yang terlalu kurus dibuat lebih gemuk. Pemeliharaan berikutnya diusahakan tidak terlalu padat, akan lebih baik jika dalam bak dilengkapi aerator sehingga kesegaran air terjamin dan dengan pemberian pakan yang baik dapat meningkatkan kualitas warna tubuh ikan Koi.
3.Budidaya Lobster Air Tawar
Budidaya lobster air tawar merupakan
salah satu usaha yang dapat ditekuni. Harganya di pasaran cukup tinggi, sekitar
100 ribu rupiah per kilogram, membuat budidaya lobster air tawar menjanjikan
keuntungan bila dilakukan dengan teknik yang benar.
Salah satu lokasi budidaya lobster air tawar terdapat di Desa Bojong Kantong, Kecamatan Langen Sari, Banjar, Jawa Barat. Proses pembesaran dilakukan di kolam sawah, sehingga lobster dapat tumbuh lebih cepat.
Lokasi budidaya lobster air tawar di Banjar, Jawa Barat, dari Jakarta dapat dicapai melalui jalan tol Cipularang. Keluar di pintu tol Cileunyi, perjalanan kemudian dilanjutkan ke arah Priangan Timur, tepatnya di Desa Bojong Kantong, kecamatan Langen Sari.
Disinilah budidaya lobster air tawar di lakukan, di areal seluas 1.400 meter persegi milik Endang Hardi. Dia telah menekuni usaha ini sejak 8 tahun lalu, dengan bantuan teknis dari Universitas Galuh Ciamis.
Lobster yang dibudidayakan disini jenis red clow atau penjapit merah, yang bibitnya didatangkan dari Australia. Jenis ini paling banyak diminati pasar, terutama untuk restoran sea food, dan hotel berbintang.
Budidaya lobster air tawar disini mulai dari pemijahan. Proses pemijahan dilakukan di bak semen. Induk lobster disatukan di dalam bak hingga terjadi perkawinan dan membuahkan telur.
Proses pembesaran lobster dilakukan di kolam tanah di tengah sawah. Lobster tumbuh optimal di kolam air tawar dengan ph antara 7 hingga 9, dan suhu antara 23 hingga 30 derajat celsius.
Pemeliharan lobster air tawar relatif tidak sulit. Untuk kolam tanah, makanannya tersedia secara alami berupa plankton. Sebagai makanan tambahan diberikan campuran parutan singkong, buah pepaya dan pelet. Pakan tambahan ini ditebarkan ke kolam sekali sehari.
Lobster dipanen setelah dipelihara selama enam bulan. Pada usia tiga bulan seperti ini, lobster sudah dapat dikonsumsi, namun dari sisi ukuran belum layak, karena belum memenuhi kriteria permintaan pasar.
Lobster jenis penjapit merah dipasarkan di kota-kota di Pulau Jawa. Harganya sekitar 100 ribu rupiah per kilogram. Harga jual lobster di pasaran yang cukup menggiurkan, membuat usaha budidaya ini layak untuk ditekuni karena menjanjikan keuntungan.
Permintaan lobster air tawar jenis penjapit merah cukup tinggi dan belum seluruhnya dapat dipenuhi. Setiap minggunya sentra budidaya lobster air tawar ini menerima permintaan sekitar 5 kwintal lobster, namun baru dapat dipenuhi sekitar 1 kwintal saja.
Kini saatnya untuk mencicipi kelezatan rasa lobster air tawar. Kebetulan Pak Endang dan keluarganya telah menyiapkan lobster untuk kami nikmati bersama-sama. Hmmm, ternyata, rasa lobster air tawar ini memang lezat. Tidak salah bila banyak digemari dan harganya mahal.
Salah satu lokasi budidaya lobster air tawar terdapat di Desa Bojong Kantong, Kecamatan Langen Sari, Banjar, Jawa Barat. Proses pembesaran dilakukan di kolam sawah, sehingga lobster dapat tumbuh lebih cepat.
Lokasi budidaya lobster air tawar di Banjar, Jawa Barat, dari Jakarta dapat dicapai melalui jalan tol Cipularang. Keluar di pintu tol Cileunyi, perjalanan kemudian dilanjutkan ke arah Priangan Timur, tepatnya di Desa Bojong Kantong, kecamatan Langen Sari.
Disinilah budidaya lobster air tawar di lakukan, di areal seluas 1.400 meter persegi milik Endang Hardi. Dia telah menekuni usaha ini sejak 8 tahun lalu, dengan bantuan teknis dari Universitas Galuh Ciamis.
Lobster yang dibudidayakan disini jenis red clow atau penjapit merah, yang bibitnya didatangkan dari Australia. Jenis ini paling banyak diminati pasar, terutama untuk restoran sea food, dan hotel berbintang.
Budidaya lobster air tawar disini mulai dari pemijahan. Proses pemijahan dilakukan di bak semen. Induk lobster disatukan di dalam bak hingga terjadi perkawinan dan membuahkan telur.
Proses pembesaran lobster dilakukan di kolam tanah di tengah sawah. Lobster tumbuh optimal di kolam air tawar dengan ph antara 7 hingga 9, dan suhu antara 23 hingga 30 derajat celsius.
Pemeliharan lobster air tawar relatif tidak sulit. Untuk kolam tanah, makanannya tersedia secara alami berupa plankton. Sebagai makanan tambahan diberikan campuran parutan singkong, buah pepaya dan pelet. Pakan tambahan ini ditebarkan ke kolam sekali sehari.
Lobster dipanen setelah dipelihara selama enam bulan. Pada usia tiga bulan seperti ini, lobster sudah dapat dikonsumsi, namun dari sisi ukuran belum layak, karena belum memenuhi kriteria permintaan pasar.
Lobster jenis penjapit merah dipasarkan di kota-kota di Pulau Jawa. Harganya sekitar 100 ribu rupiah per kilogram. Harga jual lobster di pasaran yang cukup menggiurkan, membuat usaha budidaya ini layak untuk ditekuni karena menjanjikan keuntungan.
Permintaan lobster air tawar jenis penjapit merah cukup tinggi dan belum seluruhnya dapat dipenuhi. Setiap minggunya sentra budidaya lobster air tawar ini menerima permintaan sekitar 5 kwintal lobster, namun baru dapat dipenuhi sekitar 1 kwintal saja.
Kini saatnya untuk mencicipi kelezatan rasa lobster air tawar. Kebetulan Pak Endang dan keluarganya telah menyiapkan lobster untuk kami nikmati bersama-sama. Hmmm, ternyata, rasa lobster air tawar ini memang lezat. Tidak salah bila banyak digemari dan harganya mahal.
Ikan
nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar
dunia. Beberapa hal yang mendukung pentingnya komoditas nila adalah a) memiliki
resistensi yang relatif tinggi terhadap kualitas air dan penyakit, b) memilliki
toleransi yang luas terhadap kondisi lingkungan c) memiliki kemampuan yang
efisien dalam membentuk protein kualitas tinggi dari bahan organik, limbah
domestik dan pertanian, d) memiliki kemampuan tumbuh yang baik, dan e) mudah
tumbuh dalam sistem budidaya intensif.
Sebagai
salah satu jenis ikan air tawar, nila telah lama pula dikembangkan sebagai
komoditi ekspor baik dalam bentuk ikan utuh maupun dalam bentuk fillet.
Negara-negara pengekspor ikan nila antara lain China, Ekuador, Kuba, Honduras,
dan juga Indonesia. Adapun negara-negara yang tercatat sabagai pengimpor ikan
nila antara lain Timur Tengah, Singapura, Jepang dan Amerika Serikat. Kebutuhan
ikan nila Amerika Serikat cukup tinggi sedangkan produksi nila domestik belum
dapat memenuhi kebutuhannya. Pada tahun 1998 impor nila Amerika Serikat dari
manca negara mencapai 45 ton dan pada tahun 1999 meningkat lagi 15% atau
sekitar 52 ton.
Pengembangan
budidaya nila di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1969. Namun demikian
budidaya secara intensif mulai berkembang tahun 1990-an yang berkaitan dengan
maraknya budidaya nila di Keramba Jaring Apung. Perkembangan budidaya intensif
di Indonesia belum begitu menggembirakan karena beberapa faktor antara lain
masih rendahnya efisiensi produksi dan rendahnya harga pasar disamping
pengadaan benih dan induk yang bermutu.
Pengkajian
teknologi budidaya ikan nila dalam mendukung intensifikasi pembudidayaan
diarahkan untuk meningkatkan efisiens produksi, dalam rangka meningkatkan daya
saing harga. Beberapa upaya yang berkaitan dengan pengkajian teknologi antara
lain pengkajian teknik pembenihan, yang meliputi; kontruksi kolam pemijahan,
teknik pengelolaan induk dalam pemijahan (jumlah induk minimal yang dipijahkan
dalam rangka menghambat laju silang dalam), teknik produksi benih tunggal
kelamin jantan dan benih steril (melalui hormonisasi, YY-Male, dan
tetraploidisasi). Sedangkan pengkajian teknik pembesaran diarahkan untuk
menghasilkan ikan konsumsi yang memenuhi persyaratan ukuran permintaan ekspor (ukuran
ikan minimal 500 gram per ekor) antara lain melalui kajian penggunaan benih
tunggal kelamin.
4. Budidaya Ikan Nila
1. Pembenihan
a. Kontruksi Kolam
Kontruksi
kolam yang digunakan merupakan penyempurnaan dari kontruksi sebelumnya yang
menggunakan pintu monik sebagai out let. Outlet kolam menggunakan “standing
pipe”. Kontruksi ini tidak memerlukan kayu papan untuk menutup pintu
pengeluaran kolam (outlet), saat pemanenan cukup dengan memiringkan pipa
sedikit demi sedikit sehingga larva tidak terbawa arus kuat, kematian larva dan
induk pun relatif sangat sedikit. Tenaga kerja efisien dan efektif, yaitu cukup
dua orang untuk kolam dengan luas 800 m2. Konstruksi dasar kolam dilengkapi
dengan bak yaitu disebut dengan istilah kobakan berbentuk persegi panjang
dengan luas sekitar 0,5 sampai 1,5% dari luas kolam, dan tingginya 50-70 cm.
dibuat dekat outlet kolam, dengan fungsi utamanya adalah sebagai tempat
berkumpulnya induk dan larva pada saat pemanenan. Saluran dasar kolam (kemalir)
dibuat dari inlet hingga ke kobakan yang berfungsi untuk memudahkan induk dan
larva dapat berkumpul dalam kobakan pada saat panen.
b. Persiapan Kolam
Persiapan
kolam untuk kegiatan pemijahan ikan nila antara lain peneplokan/ perapihan
pematang agar pematang tidak bocor, meratakan dasar kolam dengan kemiringan
mengarah ke kemalir, membersihkan bak kobakan, menutup pintu pengeluaran dengan
paralon, pemasangan saringan di pintu pemasukan serta pengisian kolam dengan
air. Pemasangan saringan dimaksudkan untuk menghindari masuknya ikan-ikan liar
sebagai predator atau kompetitor yang dapat mempengaruhi kuantitas hasil
produksi maupun kualitas benih yang dihasilkan.
c.
Pemijahan
BBAT
Sukabumi mengembangkan sistem pengelolaan induk dalam satu unit produksi benih
dengan mempertimbangkan bilangan pemijah. Jumlah induk dalam satu populasi
pemijahan secara masal disebut satu paket. Satu paket induk berjumlah 400 ekor
yang terdiri dari 100 ekor jantan dan 300 ekor betina (Ne = ±133,3). Dengan
induk sejumlah ini diharapkan dapat menghambat laju silang dalam dan
memungkinkan keturunannya dapat dijadikan induk kembali setelah melalui
kegiatan seleksi.
Penebaran
induk dilakukan pada pagi hari saat suhu udara dan air masih rendah. Padat
tebar induk adalah 1 ekor/m2, sehingga satu paket induk sebanyak 400 ekor
memerlukan lahan untuk pemijahan seluas 400 m2. Satu periode pemijahan
berlangsung selama 10 hari untuk dapat dilakukan pemanenan larva. Proses pemijahan
sendiri dapat berlangsung selama delapan periode pemijahan dengan delapan kali
pemanenan larva, tanpa harus mengangkat induk. Setelah akhir periode, induk
diangkat dari kolam pemijahan dan dipelihara secara terpisah antara jantan dan
betina untuk pematangan gonad selama 15 hari. Selanjutnya paket induk tersebut
dimasukkan kembali kedalam kolam pemijahan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
d.
Pengelolaan Pakan dan Air
Dosis
pemberian pakan adalah 3% dari bobot biomas untuk lima hari pertama pemijahan
dan 2-2,5% untuk lima hari berikutnya sampai panen larva. Penurunan dosis
pemberian pakan ini disesuaikan dengan kondisi bahwa sebagian induk betina
sedang mengerami telur dan larva. Pakan yang diberikan harus cukup mengandung
protein ( 28-30%).
Selama
pemijahan debit air diatur dalam dua tahap, yakni 5 hari pertama lebih besar 5
hari kedua. Debit air dalam 5 hari pertama adalah dalam rangka meningkatkan
kandungan oksigen dalam air, memacu nafsu makan induk disamping mengganti air
yang menguap. Dengan demikian air yang mengalir ke kolam terlimpas ke luar
kolam melalui saluran pengeluaran.
Sedangkan
untuk 5 hari kedua debit air hanya dimaksudkan untuk mengganti air yang
terbuang melalui penguapan sedemikian rupa tanpa melimpaskan air ke luar kolam.
Hal ini untuk menghindari hanyutnya larva juga menghindari limpasnya pakan
alami yang terdapat di kolam pemijahan, sebagai makanan awal bagi larva.
e. Panen Larva
Panen
larva dilakukan setiap sepuluh hari sekali pada pagi hari. Tergantung luas
kolam, penyurutan kolam dapat mulai disurutkan sehari sebelumnya. Penyurutan
air kolam dilakukan pertama-tama sampai setengah-nya. Sebelum surut total, bak
tempat panen larva perlu dibersihkan dari lumpur dengan cara membuka sumbat
outlet kobakan. Penyusutan secara total dilakukan sampai air hanya tersisa pada
kobakan saja. Induk dan larva akan berkumpul pada kobakan, dan segera dilakukan
pengambilan larva menggunakan scoop net. Kemudian larva ditampung sementara
dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan mesh size 1,0 mm. Proses pengambilan
larva ini dapat dilakukan oleh dua orang. Pemungutan larva dilakukan secara
total sampai bersih termasuk yang masih terdapat dalam sarang, dengan cara
membongkar sarang dan mengarahkan larva ke kobakan.
Sarang
tempat pemijahan induk nila yang berbentuk bulat di dasar kolam perlu dihitung
untuk menaksir jumlah induk yang memijah dan diratakan kembali. Ukuran larva
yang dipanen ada dua ukuran, untuk itu perlu dilakukan sortasi menggunakan hapa
mesh size 1,5 mm. Jumlah induk betina yang memijah sebanyak 30-40% dengan
perolehan larva sebanyak 60.000-80.000 ekor/paket/10 hari
Larva
ukuran kecil ( 9,0 sampai 13 mm) dapat digunakan untuk tujuan jantanisasi
menggunakan pakan berhormon. Sedangkan larva ukuran besar dapat langsung
didederkan dalam wadah pendederan.
2. Pendederan
a. Kontruksi kolam
Kontruksi
kolam pendederan sama dengan untuk pemijahan. Tujuan lain dari kontruksi yang
sama tersebut adalah bahwa antara kolam induk dan kolam benih dapat saling
bergantian dalam penggunaannya.
b.
Persiapan Kolam
Persiapan
kolam untuk kegiatan pendederan ikan nila antara lain peneplokan pematang
dengan kontruksi tanah, meratakan dasar kolam dengan kemiringan mengarah ke
kemalir, membersihkan bak kobakan, menutup pintu pengeluaran dengan paralon,
pemasangan penyaring di pintu pemasukan air, pemupukan dengan dosis 250-500
gram/m2 (sesuai dengan kesuburan tanah dan air), pengapuran (bila perlu) serta
pengisian kolam dengan air. Pemasangan penyaring dimaksudkan untuk menghindari
masuknya predator, ikan-ikan lain dan atau ikan nila jenis lain yang dapat
mempengaruhi tidak hanya dari segi kuantitas hasil produksi, tetapi juga
kualitas benih yang dihasilkan.
c. Padat Tebar
Pendederan
ikan nila dilakukan dalam dua atau tiga tahap. Pendederan tiga dapat langsung
merupakan lanjutan dari pendederan kedua. Lama pendederan pertama adalah 30
hari dengan target benih berukuran 3-5 cm. Pendederan kedua dan ketiga,
masing-masing juga 30 hari. Benih hasil pendederan ketiga berukuran sekitar
20-30 gram/ekor. Padat tebar pendederan pertama adalah 100-200 ekor/m2,
sedangkan untuk pendederan kedua dan ketiga masing-masing 75-100 dan 50
ekor/m2.
d. Pengelolaan Pakan dan Air
Dosis
pemberian pakan pendederan 1, 2 dan 3 masing-masing adalah 20, 10 dan 5% dari
bobot biomas/hari. Pakan diberikan sehari 3 kali. Kandungan protein dalam pakan
sekitar 26-28%.
Debit
air dalam pendederan satu dan kedua tidak terlalu besar, yakni sekedar
mengganti air yang menguap dan rembes. Namun untuk pendederan ketiga debit air
juga dimaksudkan untuk meningkatkan daya dukung media terutama ketersedian
oksigen yang berguna dan dapat meningkatkan nafsu makan serta laju pertumbuhan.
e. Panen Benih
Panen benih harus dilakukan pada
saat suhu air kolam dan udara relatif sejuk, terutama pada pagi hari. Hal ini untuk
menekan angka kematian saat panen. Langkah-langkah kerja dalam aktifitas panen
benih sama halnya dengan kegiatan panen larva
f. Kriteria Mutu Benih Ikan Nila
Selain penguasaan teknik pembenihan,
para pembenih juga sangat dianjurkan mengetahui kriteria benih yang sesuai
dengan SNI. Berikut ini merupakan kriteria mutu benih ikan nila hitam
berdasarkan SNI 01-6140-1999, yang terdiri dari kriteria kualitatif (Tabel 1)
dan kriteria kuantitatif (Tabel 2).
Tabel
1. Kriteria Kualitatif Larva dan Benih Nila Hitam Kelas Benih Sebar
Kriteria
|
Larva
|
Benih
|
Asal
|
Hasil penetasan telur dari
pemijahan induk kelas pokok antara induk jantan dan induk betina bukan satu
keturunan (jangan inbreeding)
|
Larva berumur sekitar 7 hari, hasil
pemijahan induk kelas induk pokok antara jantan dan betina yang tidak satu
keturunan
|
Warna
|
Hitam
|
Bagian perut berwarna putih,
bagian punggung berwarna gelap sampai hijau kelabu
|
Bentuk tubuh
|
Normal
|
Normal
|
Gerakan
|
Bergerak di permukaan sampai dasar
wadah
|
Bergerombol di permukaan tepi
wadah dan aktif menyongsong air baru serta ekor bergerak sangat cepat
sehingga tidak terlihat jelas gerakannya
|
Tabel
2. Kriteria Kuantitatif Larva dan Benih Nila Hitam Kelas Benih Sebar.
Kriteria
|
Satuan
|
Larva
|
Pend.I
|
Pend.
II
|
Pend.
III
|
Umur
|
Hari
|
7
|
30
|
60
|
90
|
Panjang total
|
Cm
|
0,6 – 0,7
|
3-5
|
5-8
|
8-12
|
Bobot minimal
|
Gram
|
0,02
|
1,5
|
3,0
|
15
|
Keseragaman ukuran
|
%
|
90
|
90
|
80
|
80
|
Keseragaman warna
|
%
|
90
|
90
|
100
|
100
|
Keseragaman kelincahan gerak
akibat rangsangan luar
|
%
|
80-90
|
90-100
|
90-100
|
90-100
|
Keseragaman gerak melawan arus
|
%
|
80-90
|
90-100
|
90-100
|
90-100
|
Ukuran panen
|
Cm
|
3-5
|
5-8
|
8-10
|
10-12
|
TEKSTUR TANAH YANG ADA DI LAPANG
Melalui praktikum waktu di Blitar,kolam
tersebut menggunakan tekstur tanah berpasir atau tanah resogol yang dapat
digunakan dalam dilakukan pemupukan dan
kesuburan perairan, maka didapatkan beberapa aplikasi ilmu tanah dalam
perikanan, antara lain adalah:
- Kita dapat menentukan jenis dan tekstur tanah apa yang baik untuk membuat kolam budidaya, terutama jenis kolam tradisional yang paling baik menggunakan jenis tanah lempung berpasir.
- Pembudidaya ikan dapat mengetahui jenis pupuk mana yang baik untuk suatu kolam budidaya dalam parameter kesuburan kolam dan kepadatan plankton.
- Banyak pembudidaya di kolam maupun di tambak menggunakan tanah jenis lempung berpasir, karena tingkat porositasnya yang rendah dan banyak mengandung unsur – unsur hara.
- Pemberian dosis pupuk (baik organic maupun pupuk buatan) yang tepat bagi kolam dan kesuburan kolam budidaya.
- Kita dapat menentukan suatu tekstur tanah dengan mengetahui cara pengambilan contoh tanah baik secar utuh ataupun sederhana, sehingga dapat pula menentukan tingkat porositas suhu tanah yang hendak digunakan untuk substrat kolam tradisional.
- Dapat mempelajari ilmu tanah, pembudidaya akan dapat mengetahui baik pH tanah, pH perairan, dan oksigen terlarut (DO) yang optimum bagi suatu kolam budidaya.
KONDISI
LINGKUNGAN DI SEKITAR KOLAM BUDIDAYA
Kolam
tempat budidayanya bersebelahan dengan sungai yang mengalir dan tidak terlalu
deras sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber air untuk budidaya.Kondisi
lingkungan kolam budidaya agar tetap baik dan terjaga harus memiliki kriteria
sebagai berikut :
1.Lokasi
Dalam pemilihan lokasi, tekstur
tanah adalah bagian yang perlu diperhatikan. Jenis tanah yang baik untuk kolam
pemeliharaan adalah jenis tanah liat berpasir (Badan Standardisasi Nasional,
2006). Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor
sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2.Kemiringan tanah
Kemiringan tanah yang baik untuk
pembuatan kolam berkisar antara 3?5% untuk memudahkan pengairan kolam secara
gravitasi. Kawasan perkolaman bebas banjir dan penceamaran serta sesuai dengan
rencana tata ruang dan wilayah. Ikan gurami dapat tumbuh normal, jika lokasi
pemeliharaan berada pada ketinggian 1?400 m di atas permukaan laut (Badan
Standardisasi Nasional, 2006).
3.Sumber air
Sumber air merupakan faktor dominan
yang menentukan keberhasilan budidaya gurami dengan kualitas air yang baik.
Sumber air dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu air permukaan dan air
tanah. Air permukaan adalah air yang mengalir masuk ke kolam mengikuti arah
gravitasi misalnya saluran irigasi, air hujan, air sungai, air danau dan mata
air. Air tanah yang berasal dari sumur, baik sumur artesis maupun sumur dalam.
Air yang baik yaitu tidak tercemar oleh cemaran fisik, kimia dan biologi dari
alam, industri, pemukiman dan pertanian (Badan Standardisasi Nasional, 2006).
Salah satu syarat utama budidaya gurami adalah air yang bersih. Karena itu
hindari pemakaian air yang keruh dan kotor. Sebab jika kotoran itu bercampur
dengan pakan, bakal memicu timbulnya bakteri, parasit dan cacing (Agus, 2001).
4.Kualitas Air
Konsentrasi oksigen terlarut sangat
penting bagi parameter kualitas air karena dibutuhkan dalam berbagai aktifitas
fisik ikan. Kandungan oksigen optimum yang dapat menunjang pertumbuhan ikan
adalah 2 mg/l (Badan Standardisasi Nasional, 2006).
Gurami tergolong ikan yang sangat peka terhadap perubahan suhu. Menurut Khairuman dkk (2003) gurami tergolong ikan yang peka terhadap suhu rendah sehingga jika suhu perairan lebih rendah daripada kisaran suhu optimal, gurami tidak akan produktif. Ikan mempunyai batas suhu tinggi dan rendah serta suhu optimal untuk pertumbuhan, inkubasi telur, konversi makanan dan resistensi/ketahanan terhadap penyakit tertentu. Batas optimim suhusangat bergantung pH, kandungan oksigen dan faktor lain seperti ketinggian tempat, kedalaman air dan cuaca. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 25?300C (Badan Standardisasi Nasional, 2006).
Ikan gurami dapat tumbuh dengan baik pada perairan dengan kisaran pH 5?10. Namun pH optimum yang dapat menunjang perkembangan dengan baik adalah 6,5?8,5 (Badan Standardisasi Nasional, 2006). Cara menetralkan pH yang terlalu asam dilakukan dengan penambahan kapur (CaCO3) atau soda kue ke dalam air dan jika terlalu basa dilakukan dengan penambahan asama fosfor (Agus, 2001).
Sisa pakan berlebih merupakan sumber amoniak. Pada pH tinggi, amoniak menjadi bentuk tidak ter?ion yang beracun. Perubahan mendadak dapat mengakibatkan insang rusak. Nafsu makan ikan dan pertumbuhan akan terhambat pada konsentrasi 0,08 mg/l, dan kematian akan terjadi pada 0,1 mg/l.
Fluktuasi (perubahan) alkalinitasyang cukup drastis akan membahayakan ikan. Kejadian itu dapat dicegah bila perairan mempunyai system buffer yang memadai (mengandung mineral bikarbonat, bikarbonat, borat dan silikat).
Kekeruhanmempengaruhi daya ikat air terhadap oksigen. Air keruh menyebabkan ikan kekurangan oksigen, nafsu makan berkurang, batas pandang ikan berkurang serta tertutupnya insang oleh partikel lumpur. Menurut Khairuman dkk (2003), gurami paling menyukai perairan yang jernih, tenang dan tidak banyak mengandung lumpur. Kecerahan air optimum yang dapat menunjang kehidupan ikan gurami yaitu 40?60 cm (Badan Standardisasi Nasional, 2006).
Aspek Ekonomis
Gurami tergolong ikan yang sangat peka terhadap perubahan suhu. Menurut Khairuman dkk (2003) gurami tergolong ikan yang peka terhadap suhu rendah sehingga jika suhu perairan lebih rendah daripada kisaran suhu optimal, gurami tidak akan produktif. Ikan mempunyai batas suhu tinggi dan rendah serta suhu optimal untuk pertumbuhan, inkubasi telur, konversi makanan dan resistensi/ketahanan terhadap penyakit tertentu. Batas optimim suhusangat bergantung pH, kandungan oksigen dan faktor lain seperti ketinggian tempat, kedalaman air dan cuaca. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 25?300C (Badan Standardisasi Nasional, 2006).
Ikan gurami dapat tumbuh dengan baik pada perairan dengan kisaran pH 5?10. Namun pH optimum yang dapat menunjang perkembangan dengan baik adalah 6,5?8,5 (Badan Standardisasi Nasional, 2006). Cara menetralkan pH yang terlalu asam dilakukan dengan penambahan kapur (CaCO3) atau soda kue ke dalam air dan jika terlalu basa dilakukan dengan penambahan asama fosfor (Agus, 2001).
Sisa pakan berlebih merupakan sumber amoniak. Pada pH tinggi, amoniak menjadi bentuk tidak ter?ion yang beracun. Perubahan mendadak dapat mengakibatkan insang rusak. Nafsu makan ikan dan pertumbuhan akan terhambat pada konsentrasi 0,08 mg/l, dan kematian akan terjadi pada 0,1 mg/l.
Fluktuasi (perubahan) alkalinitasyang cukup drastis akan membahayakan ikan. Kejadian itu dapat dicegah bila perairan mempunyai system buffer yang memadai (mengandung mineral bikarbonat, bikarbonat, borat dan silikat).
Kekeruhanmempengaruhi daya ikat air terhadap oksigen. Air keruh menyebabkan ikan kekurangan oksigen, nafsu makan berkurang, batas pandang ikan berkurang serta tertutupnya insang oleh partikel lumpur. Menurut Khairuman dkk (2003), gurami paling menyukai perairan yang jernih, tenang dan tidak banyak mengandung lumpur. Kecerahan air optimum yang dapat menunjang kehidupan ikan gurami yaitu 40?60 cm (Badan Standardisasi Nasional, 2006).
Aspek Ekonomis
Lahan yang digunakan dapat menunjang
keberlangsungan usaha budidaya, antara lain akses jalan dan pasar. Kemudahan
transportasi dapat memperlancar penyediaan sarana dan prasarana budidaya.
Kemudahan memasarkan hasil panen ke pasar bahkan pembeli bisa langsung dapat
mendatangi lokasi panen budidaya dan memberi tambahan keuntungan bagi
pembudidaya.
Aspek Sosial
Aspek Sosial
Area budidaya harus memberikan
dampak positif bagi masyarakat sekitar, antara lain meningkatnya pengetahuan
dan keterampilan masyarakat, kesempatan usaha dan penyerapan tenaga kerja,
serta memenuhi kebutuhan protein hewani. Dengan pemberdayaan masyarakat di
sekitar lokasi dapat menjamin keamanan areal budidaya dan keberhasilan usaha.